Saturday, November 18, 2006

Risalah ISY

Risalah ISY


“Yang telah menciptakan tujuh langit berlapis-lapis. Kamu sekali-kali tidak mendapati pada ciptaan Tuhan Yang Maha Pemurah sesuatu yang tidak seimbang. Maka telitilah berulang-ulang, adakah kamu dapati sesuatu Yang tidak seimbang?”
(Terjemahan Q.S. Al-Mulk ayat 3)


Pendahuluan
Alam ini diciptakan dalam kesetimbangan, yang mengikuti pola-pola keteraturan. Walaupun gejala-gejala alamiah sering terlihat terjadi secara acak, namun tetap saja sesungguhnya adalah acak yang teratur. Ilmu fisika berusaha menemukan pola-pola keteraturan tersebut dan membingkainya dalam satu rumusan. Walaupun tidak ada kesepakatan secara formal namun telah berkembang keyakinan secara luas bahwa pola-pola keteraturan alam itu paling layak dimodelkan dengan pola-pola matematis. Bahkan ada yang berkeyakinan bahwa alam ini memang matematis. Bagi kaum eksternalis (platonik) pandangan ini tidak bermasalah. Kaum eksternalis meyakini bahwa matematika maujud pada alam eksternal (alam gagasan atau idea, istilah Plato), di luar alam kita (alam internal). Oleh karena itu bagi mereka, matematika bebas dari alam internal ini. Tetapi, bagi kaum internalis (Aristotelian), apa yang telah ditunjukkan oleh Kurt Gödel tentang ketiadaan matematika yang konsisten dan komplet telah cukup meyakinkan mereka akan ketiadaan matematika yang ‘besarnya melebihi’ (atau setidak-tidaknya menyamai) alam ini. Karena alam ‘lebih besar’ dari matematika manapun, maka bagi kaum internalis keyakinan bahwa alam itu matematis perlu ditinggalkan. Namun, keyakinan bahwa deskripsi terbaik pola-pola keteraturan alam adalah deskripsi matematis tetap harus dipertahankan. Yang diusahakan adalah mendapatkan deskripsi matematis maksimal bagi keteraturan alam ini.

Bagaimana pola-pola matematis tersebut dirumuskan?
Telah disebutkan bahwa pola-pola keteraturan alam hendak dimodelkan dengan pola-pola matematis. Dalam hal ini matematika berperan sebagai media, sebagaimana batu atau kayu bagi para pemahat atau kanvas dan cat minyak bagi pelukis. Sebagaimana dalam fotografi, matematika berperan seolah-olah sebagai film negatif guna menangkap bayangan alam. Sayangnya, semakin kita mendambakan suatu kaidah yang akurat semakin rumit pula matematika yang diperlukan untuk memodelkannya. Bahkan seringkali bahwa matematika yang diperlukan bagi perumusan suatu kaidah belum dikonstruksi oleh para matematikawan. Dalam hal ini fisika menunjukkan perannya menentukan arah pengembangan ilmu matematika. Pengembangan aljabar operator, geometri nonkomutatif dan grup kuantum mengkonfirmasi fitur semacam ini. Sekali lagi, seandainya matematika berperan sebagai film, maka kualitas gambar yang dihasilkan selain tergantung pada ’cara pengambilan’ dan ’kecanggihan kamera’ yang dipakai juga sangat tergantung pada ’kualitas’ film yang digunakan. Maka janganlah berharap banyak bila matematika yang anda gunakan untuk menangkap bayangan alam hanya merupakan’film’ bermutu rendah.

Untuk mewujudkan obsesi tersebut sebagian fisikawan ---yang dikenal sebagai teoriwan atau fisikawan teori--- berusaha menyusun model-model hukum alam dengan memanfaatkan matematika sebagai media untuk merealisasikannya. Penyusunan model-model ini harus dipandu oleh data-data yang digali oleh sebagian fisikawan yang lain ---dikenal sebagai eksperimentator--- melalui serangkaian eksperimen. Model hukum alam yang diusulkan, tentu saja, tidak mungkin identik dengan hukum alam yang sesungguhnya (yakni yang dimodelkannya), melainkan hanya sekedar pendekatan semata. Oleh karena itu diperlukan ukuran apakah model-model yang diusulkan diterima atau ditolak. Ukuran tersebut haruslah terkait dengan kesesuaian model-model tersebut dengan perilaku alam yang yang diwakilinya. Model yang paling sesuai dengan perilaku alam merupakan model yang paling diterima. Dominasi kaum empiris dalam Fisika (dan juga sains secara umum) ketimbang kaum rasionalis membawa kecenderungan untuk mengambil eksperimen sebagai penentu kesesuaian suatu model dengan perilaku alam yang diwakilinya. Selain dituntut mampu menjelaskan hasil-hasil eksperimen yang telah dilakukan, model yang diusulkan dituntut pula mampu meramalkan hasil-hasil eksperimen yang akan dilakukan. Jadi, semakin banyak hasil eksperimen yang dapat dijelaskan dan diramalkan oleh suatu model secara tepat, maka model tersebut semakin diterima. Maka dapatlah dikatakan bahwa para ekperimentator merupakan ‘hakim’ dalam fisika (sains), yakni menentukan apakah suatu model diterima ataukah ditolak (tentu saja melalui eksperimen). Akan tetapi, walaupun suatu model telah mampu memainkan peran tersebut secara memuaskan, ia terpaksa harus pula ditinggalkan atau paling tidak direvisi bila terdapat paling sedikit sebuah eksperimen yang tidak mampu dijelaskannya atau diramalkannya. Jadi, tidak ada model hukum alam yang diterima secara langgeng. Kata Einstein, “No number of experiments can prove me right; a single experiment can prove me wrong.“

Jadi, model-model yang lolos uji terus bertahan, sedangkan yang gagal perlu direvisi atau ditinggalkan sama sekali. Model-model yang lolos uji perlu disintesa sehingga didapat model-model yang memiliki domain keberlakuan yang lebih luas. Contoh yang mashur adalah sintesa antara mekanika kuantum dengan teori relativitas khusus. Seperti kita ketahui, mekanika kuantum pada awalnya dirumuskan berdasarkan asumsi bahwa partikel-pertikel yang ditinjau memiliki kelajuan cukup rendah sehingga efek relativitas tidak begitu signifikan. Oleh karenanya mekanika kuantum (saat itu) hanya berlaku untuk partikel-partikel dengan kelajuan rendah. Tetapi ketika, kelajuan partikel yang ditinjau dalam laboratorium-laboratorium semakin tinggi, maka diperlukan untuk memperhitungkan efek relativitas. Tuntutan ini pada akhirnya menelorkan mekanika kuantum relativistik yang memiliki domain keberlakuan lebih luas. Contoh lain adalah usaha untuk mendapatkan sintesa antara teori kuantum dengan teori relativitas umum, yakni cita-cita untuk memperoleh suatu model matematis yang mensubordinasi (merangkum) kedua teori itu. Sayang, sintesa antara kedua teori tersebut sejauh ini belum berhasil. Selanjutnya, model-model hasil sintesa kemudian harus diuji lagi dengan eksperimen-eksperimen. Sekali lagi, yang lolos akan bertahan, yang gagal direvisi atau ditinggalkan … Proses iterasi ini terjadi terus-menerus tanpa ada akhirnya.

Uraian di atas menunjukkan bahwa dalam usaha menemukan hukum-hukum alam yang semakin akurat dibutuhkan peran sinergis dari kedua kelompok ilmuwan itu (teori dan eksperimen). Keduanya terlibat dalam kolaborasi yang mekanistik dan sistemik. Jadi, terdapat keterpaduan antara kedua kelompok ilmuwan tersebut. Oleh karena itu, agar sains dapat berkembang secara ‚sehat’, harus ada interelasi semacam itu antara keduanya dalam setiap riset yang dikerjakan.

Oleh karena itu, dalam ilmu fisika dikenal dua metodologi riset yang ber-sifat saling komplementer (saling me-lengkapi), yakni fisika teori dan fisika eksperimen. Selanjutnya, fisika teori sendiri masih dapat diklasifikasikan lagi menjadi fisika teori yang bersifat fenomenologis, matematis dan kompu-tasional. Teoriwan yang bekerja secara fenomenologis cenderung tidak begitu memperhatikan retorika matematis seca-ra ketat. Yang penting buat mereka adalah kesesuaian antara perhitungan mereka dengan hasil-hasil eksperimen. Pada pihak lain, yang bekerja secara matematis berusaha untuk merumuskan pola-pola keteraturan alam secara mate-matis dengan retorika matematis yang sangat ketat, yakni yang abstrak, formal dan general. Sementara itu, yang bekerja secara komputasional lebih cenderung menghasilkan angka (bukan simbol-simbol) yang terkait secara langsung dengan hasil-hasil eksperimen. Dalam kenyataannya yang tergolong ke dalam kelompok terakhir ini lebih banyak memanfaatkan teknologi komputer, walaupun fisika komputasional tidak harus dengan komputer.



















Dari Galaxy sampai muon
Obyek material ilmu fisika sangat beragam, dan memiliki rentang yang begitu luas. Dari segi ukuran, obyek material fisika bervariasi dari yang berukuran sangat kecil (partikel-partikel elementer) hingga yang berukuran raksasa (tata surya, galaksi, bahkan seluruh kosmos ini). Dari segi kelajuan, obyek material ilmu fisika memiliki kelajuan dari yang diam (aquaduk, jembatan-jembatan, bangunan-bangunan) sampai dengan yang memiliki kelajuan sangat tinggi (partikel-pertikel elementer, misalnya).

Oleh karena itu orang dapat mengklasifikasikan ilmu fisika berdasarkan objek material yang dipelajari. Secara international telah disepakati klasifikasi sebagaimana yang dapat dibaca secara detail dalam situs www.aip.org/pacs. Berdasarkan kesepakatan itu fisika berdasarkan objek material dibagi menjadi sepuluh kelompok besar. Lebih jelasnya berikut adalah 10 besar pengelompokan itu :

  1. General Physics

  2. The physics of Elementary Particles and Fields

  3. Nuclear Physics

  4. Atomic and Molecular Physics

  5. Electromagnetism, Optics, Acoustics, Heat Transfer, Classical Mechanics and Fluid Dynamics

  6. Physics of Gases, Plasmas, and Electric Discharges

  7. Condensed Matter : Structure, Mechanical and Thermal Properties

  8. Condensed Matter : Electronic Structure, Electrical, Magnetic, and Optical Properties

  9. Interdisciplinary Physics and Related Areas of Science and Technology

  10. Geophysics, Astronomy, and Astrophysics



Fisika dan Teknologi
Seringkali (khususnya orang Indonesia) memandang teknologi sebagai ranah (wilayah) orang teknik. Bahkan, kebanyakan mengidentikkan teknologi dengan teknik. Sementara, sains khususnya fisika ditempatkan secara marginal dalam ranah teknologi bahkan di luar wilayah teknologi. Dalam perspektif mereka, urusan teknologi adalah urusan orang teknik, bukan orang MIPA. Cara pandang semacam ini tentu sangat merugikan sebab sains (khususnya fisika) memainkan peran sentral dalam perkembangan teknologi. Secara umum teknologi adalah rekayasa atau manipulasi terhadap perilaku alam sehingga ber-manfaat bagi manusia. Oleh karena itu pengetahuan kita tentang pola perilaku alam sangatlah penting perannya dalam pengembangan teknologi sebab berdasarkan pengetahuan inilah kita dapat merekayasa atau memanipulasi perilaku alam. Padahal, sebagaimana telah diuraikan di atas sains (khususnya fisika) berusaha menemukan pola perilaku alam. Tampak bahwa fisika memainkan peran sentral dalam pengembangan teknologi. Peran semacam ini sangat ketara manakala kita menengok perkembangan teknologi di negara-negara maju. Di sana pengembangan teknologi selalu mendapat nutrisi yang melimpah dari hasil-hasil riset fisika.

Dalam konteks pengembangan teknologi terdapat adagium yang menyatakan bahwa 'Sains adalah peretas jalan bagi teknologi' Sebagai contoh, begitu sains mulai merambah ranah (domain) mikroskopis, perkembangan teknologi pun mulai menapaki ranah tersebut. Sebagai konsekuensi, pada gilirannya muncullah teknologi-teknologi yang berbasiskan pengetahuan alam mikroskopis ini. Sekedar untuk disebutkan, teknologi-teknologi itu di antaranya adalah teknologi zat padat (solid state technology), teknologi nuklir, teknologi laser dll. Inilah teknologi yang secara dominan mewarnai perikehidupan manusia dewasa ini.

Lalu, bagaimana fakta-fakta berbicara di Indonesia?
Secara umum harus diakui bahwa riset bidang fisika di Indonesia sesungguhnya belum mampu meningkatkan hasil-hasil industri nasi-onal baik dari segi kuantitas maupun kualitas. Hal ini semata-mata bukan saja karena dunia industri kita tidak merasa membutuhkan hasil-hasil riset sains di tanah air (karena sudah dipenuhi oleh lembaga-lembaga riset perusahaan induk mereka), akan tetapi juga disebabkan rendahnya kelayakan hasil-hasil riset fisika di tanah air untuk diimplementasikan dalam industri. Fakta-fakta tentang SDM fisika dan riset mereka di Indonesia, menunjukan bahwa perilaku SDM fisika di Indonesia masih jauh dari perilaku SDM fisika di negara-negara maju dimana dunia riset fisika mereka telah mampu memberi impact bagi dunia industri dan sebaliknya dunia industri memiliki kepedulian kepada dunia riset. Masalahnya bukan pada tema riset, akan tetapi lebih pada kualitas dan kuantitas riset dan hasil-hasilnya. Hal ini, selain diakibatkan oleh rendahnya infrastruktur dan fasilitas riset, merupakan akibat belum adanya keterpaduan antara teori dan eksperimen. Kedua kelompok ilmuwan tersebut kenyataannya masih berjalan sendiri-sendiri.

Tentang Kami



Dr. rer.nat. Muhammad Farchani Rosyid
Lahir di Gemolong, Kabupaten Sragen, Jawa Tengah pada tanggal 17 Juli 1968. Pendidikan dasar sampai menengah atas diselesaikan olehnya di tempat kelahiran dari tahun 1975 sampai tahun 1987.

Dr. Rosyid menyelesaikan pendidikan strata satu (S1) fisika teori pada jurusan fisika FMIPA UGM pada tahun 1992 dan strata dua (S2) fisika teori di universitas yang sama pada tahun 1995. Derajad doktor diperolehnya pada tahun 2000 dalam Fisika Matematika (Mathematical Physics) dari Technische Universität Clausthal, Republik Federal Jerman dengan dissertasi berjudul : Zum Zusammenhang zwischen geometrischer Quantisierung und Borel-Quantisierung. (On the Relation between Geometric Quantization and Borel-Quantization).

Bidang penelitian yang diminatinya adalah Topological and differential geometrical methods in Physics, Theory of Quantization, Groups and Symmetries, Mathematical Foundations of Quantum Theory.

Riwayat Pekerjaan : - Asisten Dosen pada jurusan Fisika FMIPA Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta (1992-1996) - Staf peneliti pada Arnold-Sommerfeld-Institut für Mathematische Physik, Technische Universität Clausthal, Jerman (1996-2000) - Staf Pengajar pada jurusan Fisika FMIPA Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta (sejak tahun 2000).

Dwi Sabda Budi Prasetya, MSi
Lahir di Sleman, DI Yogyakarta pada tanggal 21 Oktober 1968. Pendidikan dasar sampai menengah pertama diselesaikan olehnya di kecamatan Gamping, Sleman dari tahun 1975 sampai tahun 1984. Dwi Sabdo, MSi merupakan alumni SMA Muhammadiyah 2 Yogyakarta tahun 1987. Derajad sarjana strata satu (S1) didapatkan olehnya dalam fisika nuklir dari jurusan fisika FMIPA Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta pada tahun 1993. Tesisnya adalah dalam bidang fisika zat mampat (komputasi).

Bidang penelitian : komputasi superkonduktor.

Riwayat Pekerjaan : - Asisten Dosen pada jurusan Pertanian F. Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (1995-2002) - Asisten Dosen pada jurusan Kedokteran F. Kedokteran Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (sejak 1995) - Staf Pengajar pada jurusan Teknik Sipil F Teknik Universitas Cokroaminoto, Yogyakarta (sejak tahun 1995) - Asisten Dosen di F. Teknik Industri Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta (sejak 2000) - Guru Mata Pelajaran Fisika di SMU Muhammadiyah Gamping, Yogyakarta (1991 – 1992) - Guru Mata Pelajaran Fisika di SMP Muhammadiyah I Gamping, Yogyakarta (1992 – 1997) - Guru Mata Pelajaran Fisika di SMU Taman Madya Jetis, Yogyakarta (1997-2001) - Instruktur Komputer di LPK BCA Komputer, Yogyakarta (1995 – 1998) - Instruktur Komputer di LPK AKKMI (1999 – 2000) - Instruktur Komputer di LPK AKKMI (1999 – 2000) - Asisten Dosen pada jurusan Fisika di F. Tarbiyah IAIN Sunan Kali Jaga, Yogyakarta (sejak 2004). Dwi Sabdo, SSi juga aktif diberbagai organisasi kemasyarakatan.

Murtono MSi

Lahir di Nogosari Boyolali pada tanggal 12 Desember 1969. Pendidikan dasar diselesaikannya di SDN I Sembungan Nogosari pada tahun 1982. Pendidikan menengah pertama ditempuh olehnya di SMP Pemda VII Ngemplak Boyolali. Murtono MSi merupakan alumni SMA Muhammadyah I Surakarta tahun 1989. Gelar strata satu (S1) fisika pendidikan diperolehnya dari jurusan pendidikan Fisika FPMIPA Universitas Sebelas Maret Surakarta pada tahun 1993. Pada tahun 1996 Murtono MSi berhasil menyelesaikan program S2 fisika zat mampat eksperimen di UGM dengan tesis berjudul Deposisi Lapisan Tipis Alumunium Nitrida dengan Teknik Sputtering dan Sifat Kekerasan, Keausan, serta Korosinya.

Bidang penelitian : Fisika Lapisan Tipis (eksperimen).

Pekerjaan : Guru bidang studi Fisika di berbagai SMP dan SMA - Staf Pengajar Matematika pada Akademi Teknologi Warga Surakarta (1999-sekarang) - Staf Pengajar pada Prodi Fisika Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Yogyakarta.

R. Yosi Aprian Sari

Lahir di Bengkulu, 7 April 1973. Pendidikan dasar diselesaikan di SDN 7 Bengkulu tahuh 1985. Pendidikan menengah pertama di selesaikan tahun 1988 di SMPN 3 Bengkulu dan pendidikan menengah atas diselesaikan di SMAN 2 Bengkulu tahun 1991. Gelar Sarjana Sains (S.Si) diraih pada tahun 2000 di jurusan Fisika FMIPA UGM dengan judul skripsi “Swafungsi Observabel Deuteron; Aspek Teoretis dan Komputasi”. Sedangkan gelar Master Sains (M.Si) diraih pada tahun 2005 dengan judul tesis “Perhitungan Fungsi-Fungsi Paraboson Orde Dua”.

Brams Dwandaru, M.Sc.

Lahir di Yogyakarta pada tanggal 29 Januari 1980. Pendidikan dasarnya ditempuh di Sidoarjo, Ohio (USA) dan Yogyakarta dari tahun 1987 sampai tahun 1992. Brams Dwandaru, S.Si menyelesaikan pendidikan menengah pertama dan atas di kota kelahirannya pada tahun 1998. Derajad sarjana strata satu (S1) diperolehnya dalam fisika teori dari Jurusan Fisika FMIPA UGM Yogyakarta pada tahun 2003. Brams Dwandaru menempuh program S2 dalam fisika teori pada universitas yang sama.

Bidang penelitian : logika kuantum, proses stochastik dalam fisika zat mampat dan fisika matematik. Berbagai karya tulis ilmiah telah dipublikasikannya diberbagai jurnal ilmiah maupun dipresentasikan di berbagai pertemuan ilmiah.

Subandi, SSi.
Lahir di Bantul Yogyakarta pada tanggal 12 Desember 1965. Pendidikan dasar dan menengah pertama ditempuhnya di kecamatan Kretek, Bantul. Pendidikan menengah atas diselesaikannya di SMA Negeri II Bantul pada tahun 1986. Subandi SSi, mendapatkan derajad sarjana S1 dalam Geofisika dari program studi Geofisika FMIPA UGM pada tahun 1995.

Riwayat pekerjaan : - Active Seismic Experiment on Merapi Volcano (ASE’97), Proyek Kerjasama Geoforschungs-zentrum (GFZ) Postdam Jerman, Laboratorium Geofisika UGM dan Volcanological Survey of Indonesia (1997-1998) – Asisten Praktikum Metode Non-seismik di Nanggulan, Yogyakarta (1998) - Survei Geofisika secara Integral yang meliputi metode Gravitasi, Magnetik Seismic, Refraksi, Resistivity, IP dan GPS, Proyek kerjasama antara Geofisika UGM dan Volcanological Survey of Indonesia (1999) - Pengelola data base Perpustakaan Program Studi Geofisika FMIPA-UGM (1999-2000) - Penanggung jawab jaringan komputer di Laboratorium komputasi Geofisika Jurusan Fisika (2000-sekarang) – Webdesigner (1998-sekarang).

Sutopo, S.Pd
Lahir di Purwodadi Dalam, Lampung pada tanggal 1 Maret 1979. Pendidikan dasar ditempuhnya di tempat kelahirannya dari tahun 1987-1993. Pendidikan menengah pertama diselesaikan di Tanjung Bintang Lampung pada tahun 1993. Sutopo SPd menempuh pendidikan menengah atas di Godean Yogyakarta, tepatnya di MAN Godean dari tahun 1996 sampai tahun 1999. Gelar kesarjanaan strata satu (S1) didapatkannya dalam pendidikan fisika dari IAIN (sekarang UIN) Sunan Kalijaga Yogyakarta pada tahun 2004.

Riwayat Pekerjaan : - Asisten Dosen pada jurusan Fisika di F. Tarbiyah IAIN Sunan Kali Jaga, Yogyakarta (sejak 2001) - Sales Marketing Asesoris Komputer di 76 Computer, Jl. PPPG Matematika no. 9 Kentungan, Yogyakarta (2001 – 2003) - Sales Marketing Minyak Wangi non alkohol Cabang Yogyakarta (2000 – 2003) - Guru Mata Pelajaran Fisika di SMU Kolombo (2003) - Guru Mata Pelajaran Fisika di SMU Islam I Yogyakarta (sejak 2004).

Thaqibul Fikri Niyartama, MSi
Lahir di Semarang pada tanggal 25 Oktober 1977. Pendidikan dasar ditempuhnya di SDN Percobaan (IKIP) II Yogyakarta. Pendidikan menengah pertama diselesaikan di SMPN 5 Yogyakarta. Sedangkan pendidikan menengah atas diselesaikannya di kota yang sama, yakni di SMAN I Yogyakarta. Thaqibul Fikri Niyartama, MSi mendapatkan gelar kesarjanaan S-1 dari Jurusan Fisika FMIPA Universitas Diponegoro Semarang dan S-2 dari Program Studi Ilmu Fisika Sekolah Pasca Sarjana Universitas Gajah Mada Yogyakarta, kedua-duanya dalam Geofisika.

Riwayat Pekerjaan : - Saat ini ia menjadi staf pengajar di Prodi Fisika Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Negeri Islam (UIN) Sunan Kalijaga Yogyakarta.

Romy Hanang Setya Budhi S.Si.
Lahir di Rembang 12 Maret 1981. Riwayat pendidikan : SDN I Plawangan, Kragan (1993), SMPN I Kragan (1996), SMU N I Rembang (1999). Sarjana Fisika dalam fisika teori dari jurusan fisika FMIPA UGM (2005) dengan skripsi berjudul : Ketidak-komplitan Geodesik Sebagai Indikator Singularitas Ruang-Waktu (Teori Relativitas Umum).

Rachmad Resmiyanto, S.Si
Lahir di sebuah kota yang terletak di antara dua pusat kebudayaan besar Jawa, Klaten, 22 Maret 1982. Saya ini bukan siapa-siapa :)

Pengurus

Ketua
M. Farchani Rosyid

Sekretaris
Murtono

Bendahara
Dwi Sabdo Budi Prastya

Departemen Riset dan Pendidikan
Romy Hanang Setyabudi
Joko Purwanto
R. Yosi Aprian Sari
W.S. Brams Dwandaru
T. Fikri Niartama

Departemen Publikasi, Kehumasan dan Kesejahteraan
Subandii
Sutopo
Rachmad Resmiyanto

Webmaster
Rachmad Resmiyanto

Profil organisasi

Institut Sains Yogyakarta
Lembaga Pemberdayaan Sains Indonesia
Markas: Kampung Sodanten, Ambarketawang, Gamping, Sleman Yogyakarta

"mengelola sains untuk hidup yang lebih baik"


Latar Belakang

I-Es-Ye merupakan metamorfosis dari suatu lembaga yang telah ada sebelumnya, yakni IFS (Institut Fisika Sodanten). IFS yang dirintis oleh MF. Rosyid, Dwi Sabdo dan Subandi merupakan suatu eksperimen yang diharapkan mampu berprestasi sebelum bereksistensi secara formal. Kenyataan menunjukkan bahwa eksperimen ini tidak berhasil meskipun tidak boleh dikatakan sebagai gagal total. Oleh karena itulah IFS kemudian dilahirkan kembali dengan sedikit pergeseran paradigma dan aksiologi. Berbarengan dengan itu bergabunglah beberapa personil baru yang lebih segar dan lincah dengan gagasan-gagasan yang menjanjikan.

Visi

  • Suatu lembaga yang mampu berperan secara aktif dalam pengembangan sains (khususnya fisika) dengan bertum-pukan pada keterpaduan antara teori dan eksperimen.
  • Suatu lembaga yang mampu mengimplementasikan hasil-hasil risetnya melalui industri sehingga dapat mengangkat kesejahteraan masyarakat.
  • Suatu lembaga yang mampu berperan dalam perbaikan dan pengembangan pembelajaran sains (khususnya fisika).

Misi

  • Menjadi wadah bagi para ilmuwan (fisikawan) untuk mengaktualisasikan gagasan-gagasan yang berkaitan dengan sains.
  • Menyelenggarakan riset-riset sains (khususnya) baik yang bersifat kajian teoretis maupun bersifat eksperimental.
  • Menyelenggarakan seminar ilmiah bidang sains (khususnya fisika) baik yang bersifat internal maupun eksternal.
  • Berperan aktif dalam usaha mewujudkan masyarakat yang melek sains (scientific litercy) melalui penyelenggaran seminar semi-ilmiah, kursus-kursus dan pelatihan bidang sains bagi masyarakat umum.
  • Mengimplementasikan hasil-hasil riset bidang sains (khususnya fisika) pada skala industri.
Kegiatan

  • Aktivitas Ilmiah : riset, seminar dan diskusi, menerbitkan buku-buku ilmiah, menerbitkan jurnal ilmiah sains
  • Aktivitas Pendidikan : kursus dan pelatihan : course in camping, menerbitkan majalah populer bidang sains, menerbitkan buku-buku kuliah dan buku-buku sains populer.
  • Aktivitas Ekonomis : jasa perancangan dan produksi alat-alat laboratorium, konsultan perancangan dan pengelolaan Laboratorium, jasa perancangan Taman Sains (scientific park), jasa perancangan website ilmiah dan pendidikan.